Menengok Haul Ke-130 Mbah Soleh Benda Kerep

Editing by - Amiz
Sejumlah warga saat menyeberangi Sungai Kalijaga usai berkunjung ke Kampung Benda Kerep, Kelurahan Argasunya, 
Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon, belum lama ini.*Alif/KC
Walau tak Ada Televisi, Itu Bukan Tradisional

Benda Kerep - merupakan salah satu kawasan yang berada di ujung selatan Kota Cirebon. Daerahnya masih rimbun, pohon-pohon besar tampak menjulang kokoh. Masyarakatnya ramah, dan memegang teguh amanat leluhur dan ajaran Islam. Jangan heran jika kita berkunjung ke Benda Kerep, tidak akan menemukan televisi di dalam rumah. Kemudian, di sana juga tidak mengenakan pengeras suara untuk kegiatan apa pun termasuk pengajian ataupun azan salat.

“Kalau tidak ada TV di Benda, itu bukan tradisi. Kemudian, di sini tidak mengenakan pengeras suara, itu juga bukan tradisi. Karena sejak dulunya, juga tidak ada. Sesuatu yang tidak ada kemudian dibuat ada, itu baru disebut tradisi. Kalau sesuatu yang awalnya tidak ada, lalu tetap tidak ada ya bukan tradisi. Yang tradisi itu yang awalnya tidak ada kemudian ada. Jadi di Benda itu bukan orang tradisional, kalau dipandang tradisional itu salah. Tidak ada tradisi di Benda,” tutur salah seorang tokoh masyarakat Benda Kerep, Kiai Muh. Ibnu Ma’isy kepada KC, Minggu (18/9/2016).

Kehidupan masyarakat Benda Kerep sangat kental dengan nuansa islami. Kini jumlah masyarakat di sana mencapai 2.000 jiwa. Bicara tentang Benda Kerep tentu tidak lepas dari kiprah Kiai Soleh.

Kiai sepuh, demikian sebutan Mbah Soleh tempo dulu. Beliau lahir di Sindanglaut abad 17. Pada Rabu, (14/9/2016) atau 12 Dzulhijah 1437 H merupakan Haul ke-130 Benda Kerep. Haul itu diambil dari hari wafatnya Mbah Soleh pada tanggal 12 Dzulhijah 1307 H.

Kiai Ibnu Ma’isy yang merupakan cicit Mbah Soleh menceritakan, dulu Benda Kerep merupakan alas atau hutan liar yang dikenal angker. Namanya Hutan Cimeweuh yang berarti hutang hilang. Saking ankernya, siapa pun orang yang masuk ke Cimeweuh akan hilang. Karena itu, tidak ada yang berani masuk alas Cimeweuh yang luasnya mencapai 30 hektare. Hanya hewan buas yang bertahan hidup di sana.

Jika dilihat dari letak geografis, Cimeweuh merupakan sebuah lembah legok yang dikelilingi gunung layaknya Kota Makkah. Pada awal abad 18, Mbah Soleh mendapat tugas dari gurunya Kiai Anwaruddin Kriyan, yang juga kakak iparnya untuk babat alas. Atas perintah itu, Mbak Soleh pun melakuakn babat alas dan mulai tinggal di hutan itu. Sebelumya, Mbah Soleh sempat singgah di Gegunung Sumber karena menunggu proses serah terima wakaf dengan pihak keraton.

“Cimeweuh terkenal angker karena banyak mitos yang berkembang di masyarakat. Namun, Kanjeng Sunan pernah menyatakan senang dengan kawasan hutan tersebut. Kemudian, tidak sedikit yang ingin memiliki kawasan itu. Namun, di sisi lain, Cimeweuh terkenal angker,” papar Kiai Maiz yang merupakan putra KH Hasan, sesepuh Benda Kerep.

Kemudian, atas permintaan Kiai Anwaruddin Krian, Mbah Soleh pun melakukan babad alas. Sebelumnya, Kiai Soleh melakukan riadoh selama sembilan tahun. Konon, tiga tahun untuk wilayah yang akan dihuninya, tiga tahun bagi zuriahnya (keturunan) dan tiga tahun bagi umat Islam.
Babad alas dimulai bersama sejumlah para wali. Mbah Soleh mengendalikan semua kegiatannya dari hutan, membangun komunikasi, menjalin silaturahmi, membangun kebersamaan dengan para ulama di seluruh Jawa. Berkat ikhtiarnya itu, Mbah Soleh beserta para ulama berhasil mengakhiri masa-masa tiarap dari tekanan Belanda.

Maka dengan serentak salat jamaah di setiap masjid dapat kembali dilakukan di seluruh Jawa setelah sebelumnya dilarang pemerintah Belanda. Kemudian, Cimeweuh diganti Benda Kerep artinya kaya potensi dan subur.

Haul ke-130 Benda Kerep pada Rabu (14/9/2016) dilaksanakan tiga hari diisi dengan tahlil. Ribuan orang dari berbagai daerah berkunjung ke Benda Kerep mengikuti kegiatan tersebut. Kini, Benda Kerep menjadi kawasan dengan penduduk yang cukup banyak. Mereka yang tinggal di Benda merupakan generasi ketiga dan keempat dari Mbah Soleh, Kiai Anwaruddin Krian dan para kiai lainnya yang ikut melakukan babat alas.***

Info: kabar-cirebon.com

Tidak ada komentar: