Kekompakan Kuwu, Bhabinkamtibmas dan Babinsa
di Kecamatan Haurgeulis tak melulu di bidang keamanan dan ketertiban
masyarakat. Di Desa Cipancuh, sinergitas tiga pilar ini kompak menghidupkan
kembali seni tari pencak silat Satria Budi Laksana (SBL).
Laporan: Kholil Ibrahim
Haurgeulis - Zaman penjajahan dulu, anak-anak muda di Desa
Cipancuh wajib mengusai ilmu bela diri. Sebagai bekal untuk merantau atau
pertahanan diri jika diserang lawan. Ilmu beladiri diwariskan secara turun
temurun oleh para leluhur di desa tertua yang berdiri tahun 1913 tersebut.
Pada sekitar tahun 1950-an, seni bela diri
pencak silat Jurus Cimande di Desa Cipancuh berada di puncak
kejayaannya. Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman, generasi muda Desa
Cipancuh mulai meninggalkan tradisi bela diri ini. Hanya sebagian kecil yang
masih mempertahankannya, itupun dilakoni oleh para sesepuh yang masih hidup.
Sempat mati suri berpuluh tahun lamanya, kini
Pemerintah Desa Cipancuh di bawah kepemimpinan Kuwu Wawan SIP berkeras
mengaktifkan kembali tradisi lama itu. Kuwu yang kerap disebut Ki Ageng
Cipancuh inipun lantas mendirikan sebuah peguron yang diberi nama Padepokan
Satria Budi Laksana (SBL) di kediamannya di Blok Sumur Bandung tepat pada 20
Agustus 2016 kemarin.
“Titik fokus pelestarian budayanya bukan pada
kesaktian adu kekuatan, tapi seninya. Karenanya disebut Seni Tari Pencak Silat
Satria Budi Laksana. Para sesepuh kita libatkan kembali menjadi pelatih,”
terang Kuwu Wawan SIP kepada Radar,
Senin (19/9).
Sesuai namanya, gerakan dari Seni Tari Pencak
Silat SBL ini memadukan antara seni tari, olahraga serta paduan kekompakan
dalam memperagakan jurus-jurus pencak silat. Peragaannya terasa semarak
lantaran diiringi musik gamelan khas Sunda.
“Banyak nilai positif yang terkandung di
dalamnya. Selain olahraga untuk kesehatan, seni tari pencak silat SBL juga
menekankan etika, sopan santun dan penghormatan kepada orang tua. Karena itu
sangat cocok untuk generasi muda dalam menangkal kenakalan remaja dan
sebagaianya,” papar Kuwu Wawan.
Di padepokannya, latihan rutin digelar saban
Sabtu malam Minggu dan Selasa Malam Rabu. Awalnya hanya satu dua orang yang
ikut serta. Setelah melibatkan anggota Bhabinkamtibmas dari Polsek Haurgeulis,
Aiptu Aming dan Kopka Agus Susanto dari Babinsa Koramil Haurgeulis, jumlah
pesertanya membludak dan kini mencapai 114 orang. Mayoritas adalah anak-anak
muda.
“Sinergitas tiga pilar di Desa Cipancuh
diberdayakan dengan turut menghidupkan kembali seni tari pencak silat sebagai
budaya lokal yang harus terus dilestarikan. Alhamdulillah, pak Camat, Kapolsek
dan Danramil sangat mendukung upaya kami,” terang alumnus Unisma Bekasi ini.
Dalam setiap momen di tingkat Kecamatan
Haurgeulis, anggota padepokan SBL selalu diberikan kesempatan untuk unjuk
kebolehan. Seperti pada saat malam puncak HUT RI serta audisi Napak Jagad
Pasundan yang diadakan oleh salah satu perusahaan nasional.
Camat Haurgeulis, Drs Asep Kusdianti MSi
menyambut baik ikhtiar yang dilakukan Pemdes Cipancuh. Selama ini kepemimpinan
Kuwu Wawan telah terbukti membangun desa sekaligus menggalakkan pelestarian
budaya daerah. (kho)
Info: radarcirebon.com
Tidak ada komentar: