Soal Pembagian Tempat, Pedagang Nilai PD Pasar Tak Adil

Editing by - Amiz

Harjamukti - Kebijakan PD Pasar Kota Cirebon merelokasi pasar Jagasatru ke Dukuhsemar, bukan hanya berdampak pada menurunnya omzet, namun juga diresahkan para pedagang terkait pembagian jatah lapak yang tidak sesuai dengan aturan yang disepakati sebelumnya. Pedagang sayuran, H Kodir mengaku resah dengan keadaan tempat di mana dia berjualan sekarang.

Dia mengungkapkan, seharusnya dia memperoleh bagian tempat golongan grosir bukan ditempatkan di kawasan penjual eceran dari pihak PD Pasar Kota Cirebon. Bahkan Kodir mengungkapkan, banyak pedagang pasar yang tidak memliki surat, namun boleh berjualan di pasar Dukusemar.

“Harusnya saya mendapat jatah lapaknya di kawasan grosir bukan di eceran, karena sebelumnya saya menempati lapak grosir di Pasar Jagasatru. Kalau begini jadinya PD Pasar Kota Cirebon tidak adil membagi jatah tempat pasar grosirnya. Bukan hanya itu mas, ada pedagang yang dapat ” ungkapnya saat ditemui di pasar Dukusemar, Sabtu (6/9).

Kodir juga membenarkan jika perpindahan sementara pasar Jagasatru ke Dukusemar sempat disoalkan oleh sejumlah pedagang. Dikatakannya, banyak pedagang yang mestinya ditempatkan di areal grosir, namun ditempatkan di eceran. Menurutnya harusnya PD Pasar dikomunikasikan mengenai pembagian jatah lapak itu ke para pedagang.

Kodir juga mengeluhkan kebijakan PD Pasar Kota Cirebon tidak mendahulukan pedagang yang pindah. Dia memastikan banyak pedagang baru mendapat tempat grosir, sehingga pedagang lama di pasar Jagasatru terpaksa pindah ke eceran. Kodir mengatakan, jika saat ini pedagang di pasar Dukusemar jumlahnya mencapai 1000 lebih, dibanding dengan di Jagasatru yang hanya mencapai sekitar 700 pedagang. “Karena jumlah pedagannya semakin banyak, otomatis pembagian jatah lapaknya semakin sedikit. Kalau dulu lapaknya berukuran 3 meter, sekarang sih hanya 1,5 meter saja,” tutur Kodir.

Saat ditanya apakah pihak PD Pasar Pasar Kota Cirebon melakukan nepotisme, Kodir hanya mengatakan kemungkinan melakukan hal tersebut dilakukan, namun pihaknya tidak tahu-menahu terkait kabar itu. “Kayaknya sih begitu, cuman saya tidak tahu kebenarannya seperti apa,” katanya.

Sementara, penjual tomat di area grosir, Eti Suhaeti mengatakan, sejak Kamis (4/9) lalu, dirinya sudah menempati lapak di area grosir pasar Dukusemar. Dia menjelaskan, sejak berlokasi di pasar Jagastru, dia sudah menempati lapak area grosir. Eti juga tidak menyangkal jika ada beberapa kawan lainnya yang harusnya ditempatakan grosir, namun ditempatkan di kawasan pedagang eceran. “Kalu saya mah sudah dari awal di kawasan grosir, jadi yah saya meminta kepada pengelola di tempat yang sama,” ujarnya.

Menempati kawasan pasar Dukusemar, Eti mengatakan selama berjualan di tempat tersebut mengalami penurunan omzet. Dia menjelaskan, pembeli tetap (pelanggan, red) yang biasa saat ini mungkin kebingungan mencarinya, atau beralih ke penjual lainnya, mengingat kondisi tempat dan jauh, pembeli belum begitu banyak. “Saat ini pendapatan per hari pasti menurun, karena yang biasa beli bingung tempatnya di mana. Meskipun harganya turun tapi nggak naik harganya, Tomat masih seperti biasa Rp6500 per Kilo,” ujarnya. (Iwe/CNC)

Tidak ada komentar: