Kota Cirebon Waspada HIV/AIDS

Editing by - Amiz

Kejaksan - Nampaknya masyarakat Kota Cirebon harus berwaspada terkait penyebaran virus HIV/AIDS. Pasalnya angka penderita HIV/AIDS di Kota Wali ini semakin meninggi. Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cirebon, Sri Maryati mengatakan, seluruh kelurahan di Kota Cirebon berpotensi penularan virus yang hingga kini belum ditemukan obatnya itu.

“Kota Cirebon tergolong rawan dan sangat berpotensi penularan HIV/AIDS, untuk itu kami terus mengimbau kepada semua pihak, terutama Eksekutif dan Legislatif untuk menekan dan memberantas penyebaran virus yang membahayakan ini,” ungkapnya saat hearing di Griyasawala DPRD Kota Cirebon, Senin (15/9).

Sri menjelaskan, berdasarkan data yang dihimpun KPA, Kota Cirebon sejauh ini memiliki 21 hotspot (titik panas, red) sebagai titik penyebaran yang paling berpotensi menularkan HIV/AIDS. Menurutnya, hampir semua kelurahan sudah tidak aman dari penyebaran HIV/AIDS, termasuk kelurahan Argasunya yang dianggap jauh dari pusat kota.

Dia menyebutkan, dari 2005 hingga 2009, sedikitnya 679 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) positif terjangkit virus yang mematikan tersebut. Lanjut Sri mengatakan, dari jumlah tersebut, sudah 56 orang yang meninggal dunia. “Tahun ini saja, KPA menemukan 28 kasus. Kami terus gencar melakukan tes urine kepada masyarakat,” ungkapnya.

Yang lebih mengerikan, lanjut Sri, kebanyakan penderita HIV/AIDS didominasi oleh usia muda. Dikatakannya, penyebaran aktif penularan HIV/AIDS terjadi di kos-kosan dan di warung remang-remang. Di sejumlah tempat itu, sangat rawan penularan HIV/AIDS karena sering terjadi transaksi seksual tidak aman. “Bahkan di beberapa ruas jalan di mana anak muda seringnongkrong itu, sangat berpotensi penularan HIV. Dua tempat yang paling disroti KPA yaitu di daerah Sukalila dan Terminal Harjamukti,” ungkap Sri.

Pihaknya mengaku pencegahan hingga penanggulangan HIV/AIDS di Kota Cirebon. Menurut Sri, uypaya pencegahan di Kota Cirebon relatif belum maksimal. Karena alat kelengkapan dan operasional belum memadai untuk melakukan sosialisasi di semua lini. “KPA menginginkan agar lebih serius, Pemerintah dan semua pihak terkait mencegah penyebaran HIV/AIDS ini memberikan pencerahan dan membendung kenakalan remaja untuk tidak melakukan perilaku berisiko,” ungkapnya.

Sementara mengatakan, mencegah penyebaran virus HIV/AIDS, harus ada upaya semacam memberdayakan para pekerja seks komersil (PSK), untuk meninggalkan pekerjaan yang dilarang oleh agama itu. Menurutnya, dengan begitu mereka (PSK, red) tidak lagi kembali melayani para lelaki ‘hidung belang’ serta dapat membendung transaksi seksual tidak aman itu. “Upaya semcam itu memungkiinkan untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS di Kota Cierebon,” ujarnya. (Iwe/CNC)


Tidak ada komentar: